Kaca:Murkane Ibu.pdf/146

Kaca iki durung katitiwaca

Sepuluh Langkah Menulis Cerita Pendek

Suwardi Endraswara

FBS Universitas Negeri Yogyakarta


A. Membangun Kepercayaan Diri Cerpenis

Mbak Menur tergolong low profil. Dia seorang tukang parkir, taat. Pukul 06.00 sudah standby memandangi berpuluh-puluh roda. Ia mengaku, berkali-kali gagal mendaftar CPNS. Tapi, yang mengagetkan saya, dia sudah punyai lebih dari tiga judul crita cekak. Dengan nada sedikit oke dia berkata: “Cerpen saya lumayan. Saya bisa nulis kalau hanya seperti SH. Mintarja, Api di Bukit Menoreh. Bisa seperti Mas Wardi. Cuma memang belum saatnya saya keluarkan crita cekak itu.”

Waktu saya desak, mbok coba diketik bagus lalu dikirim ke media massa, jawabnya: “Jangan dulu, saya masih ingin memperbaiki terus. Malu, kalau tulisan saya itu jelek. Kasihan pembacanya. Saya banyak buku referensi, mulai buku agama, filsafat, seni, sastra, saya baca, amat membantu menulis cerpen saya.”

Kisah Mbak Menur itu mungkin dapat terjadi pada diri siapa saja. Simpulan saya: (1) dia sudah berkarya, apa pun hasilnya, sayangnya karya itu dipendam, ditimbun, direnungi, dan sedikit kurang percaya diri, (2) dia agak sedikit pamer, kalau telah membaca sekian koleksi buku, (3) dia memiliki spirit untuk menyamai cerpenis lain yang sudah punya nama, (4) dia ada sedikit kompensasi atas kekecewaan tidak masuk sebagai CPNS. Yang aneh, rasa introspeksi hampir tidak ada.

Kepercayaan diri (PD) itu penting dalam berkarya. Super penting. Orang gagal menulis surat cinta, karena tidak PD. Orang ragu


“Murkane Ibu”

137