Kaca:Sarwasastra.pdf/5

Kaca iki wis divalidasi

- 4 -

wipra, samudra, kapwa, mitra, tulya. Suku: wi, mu, a, mi, ta, itu terhitung guru (―――) sebab sebenarnja memang dapat dipandang sebagai : wip, mud, kap, mit, tue.

Semua Kakawin jang terkutip dalam kitab ini, tjotjok benar dengan hukum-hukum itu, ketjuali kutipan Ramayana dikatja 35. 36. 37.

Puisi Djawa setelah djaman Madjapait tidak mengenal hukum guru-laghu tersebut, malahan Dewarutji jang masih buatan Madjapait (Sarwaçãstra Il katja 22) pun tidak berguru-laghu :

V.16. ,,Aneng kita dudu -kita, aneng waneh dudu waneh.

Salwire gumèlar ing rat, pada sinandanganira.”
Warna-warna yan warnaněn, apan oraa tinonakěn
Tanpa rupa iděpira, wěksing suksma wisesa.
Ing sinadya-sadya: ana.

(Artinja: ,,Berada didalam-mu, tetapi bukan kamu, ada didalam jang lain tetapi bukan jang lain. Segala jang ada didunia ini, dihias dengan Itu.” Banjak matjamnja kalau disebutkan, djadi tak usah ditundjukkan. Ketahuilah sebenarnja tak berbentuk: Suksma jang tertinggi dan terkuasa itu, tetapi apa jang dikehendakinja: terdjadilah).

Hukum sjair sedjenis itu, hanja sekedar bilangan suku kata: 8. 8. atau: 16. 16.


Jogja, Oktober 1951.

Hadiwidjana.


Tjetakan jang kedua. Pokoknja sama sadja dengan tjetakan jang pertama, hanja perubahan dan perbaikan hal jang ketjil-ketjil belaka jang saja sisipkan; oleh karena itu Sarwaçãstra III tjetakan kedua ini tidak menimbulkan kesukaran untuk dipakai disamping Sarwacistral dan ll jang tjetakan pertama atau kedua dan ketiga.

Mei 1953.

Wassalam

Hadiwidjana.