Kaca:Sarwasastra.pdf/63

Kaca iki wis divalidasi
― 62 ―

3. Setelah menerima anugerah itu, bersembahlah Danan-
djaja dengan sangat hormat,
diberi pula ia busur dan makota jang tiada tjelanja,
diadjarkan kepadanja segala kitab ilmu bersendjata
panah.
Selesailah saat pertemuan jang sebaik-baiknja itu,
maka gaiblah batara Siwah.
4. Dengan para dewa (=sura) dan para „sempurna lang.
kah-lakunja” (= Siddha cărana) sekonjong-konjong
hyang Iswara lenjap lagi.
Seakan-akan tiada didunia ini perasaan sang Ardjuna
nampaknja,
Sebagai berganti badan, rasanja, dan tak akan kembali;
mungkin merasakan susah-sedih lagi,
Hendaklah ditiru djelas beliau itu, karena gagah
teguh hatinja.
5. Ada pula orang jang tak berdjasa suatu apa kepada Tuhan, jakni tak berbuat brata, yoga ataupun tapa, Tetapi memaksa-maksa ia memohon wirja (kekuasaan), seakan-akan dengan kekerasan pemberian Tuhan itu
dipintanja.
Kalau begitu malahan kebalikannjalah jang akan di-
peroleh, jakni sengsara djua jang akan didapat.
Sakit pula jang akan dideritanja, achibat radjah dan
tamah (nafsu dan ketidak-tahuan), duka-tjitalah jang
akan djadi penanggungannja.

***

Setelah Ardjuna memenuhi permintaan Indera, berhasil membunuh Niwatakawatja, radja raksasa dinegeri Mani- mantaka, lalu dilantik mendjadi radja di keinderaan; tudjuh bulan lama kerajaannja itu. Sehabis waktu itu Ardjuna minta diri kepada batara Indera akan kembali kehutan Wadari, tempat Pandawa jang empat orang lainnja, dengan bundanja: Sang Kunti.