Kaca:Winih Semi.pdf/134

Kaca iki wis divalidasi
MARI BELAJAR BERSAMA MEMBACA PUISI

Dewi Astuti Nurlaila

Dhian Radwiyanto

PENGANTAR
Pernahkah teman-teman membaca puisi? Pernah dan belum, begitulah kira-kira jawaban dari teman-teman. Tulisan sederhana ini sengaja kami beri judul Mari Belajar Bersama Membaca Puisi karena pada hakikatnya, kami sama seperti teman-teman, yakni sedang dalam taraf belajar: belajar memahami, menghayati, sekaligus mencintai puisi. Meskipun kami duduk di depan, bukan berarti kami yang paling tahu. Teman-teman boleh memberi kritik, bertanya, membetulkan, atau bahkan menyanggah. Untuk itu, tidak perlu ada perasaan takut, rendah diri, malu atau yang lainnya, karena sekali lagi kita akan belajar bersama.

Nah, sebelum kita berbicara lebih jauh tentang bagai- mana membaca puisi yang baik, mungkin ada dari teman-

teman yang bertanya: puisi itu apa? Menurut kami, semua orang boleh mendefinisikan puisi. Atau kalau kita mau, kita tidak perlu mencari secara pasti definisi puisi. Seperti yang dikatakan B. Rahmanto dalam makalahnya "Memahami Puisi dengan Membaca Puisi": untuk dapat menikmati puisi, sebenarnya tidak perlu mengetahui definisi puisi. Sama halnya jika kita menikmati musik, untuk apa kita pusing-pusing mempersolkan apa musik itu. Hanya para ilmuwan sajalah yang suka berkelahi mengenai terminologi. Di samping itu, secara nalar terminologi tidak pernah dapat sanggup bertahan, dan apalagi mewadahi segenap kepentingan. Terminologi selalu berubah sepanjang zaman.

Winih Semi

125